Jumat, 21 Februari 2014

ISIS, Cikal Bakal Khilafah Ala Minhajin Nubuwah, Insya Allah!

Daulah Islam Di Iraq Dan Syam (ISIS) tidak bisa disangkal merupakan cikal bakal Khilafah Ala Minhajin Nubuwah yang dijanjikan Rasulullah SAW. ISIS kini menjadi harapan seluruh umat Islam yang rindu hidup di bawah naungan khilafah. Sebaliknya, ISIS menjadi duri yang menyakitkan di tenggorokan bagi musuh-musuh Islam dan antek-anteknya. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah ISIS memang layak untuk menjadi cikal bakal Khilafah Ala Minhajin Nubuwah? Syekh Omar Bakri Muhammad (OBM) berpendapat bahwa Daulah Islam Di Iraq dan Syam (ISIS) di bawah komando Syekh Abu Bakar Al-Baghdady adalah yang paling aktif untuk berjuang menegakkan Khilafah di Bumi Syam. Beliau juga menambahkan bahwa ISIS memiliki banyak keistimewaan, diantaranya adalah Beliau (Syekh Abu Bakar Al-Baghdady) keturunan Quraisy, seorang yang faqih dalam agama, ahli ibadah yang zuhud, dan tentunya seorang Mujahid, panglima tentara-tentara dien ini yang berada di garis depan perjuangan Islam. Secara khusus Syekh OBM bahkan mengeluarkan sebuah rekaman audio berjudul ISIS, The Plan For Khilafah, dimana beliau mengatakan bahwa saat ini setiap orang berbicara tentang ISIS dan amirnya, Syekh Abu Bakar Al-Baghdady yang tidak hanya berjihad untuk menggulingkan rezim Bashar Assad di Suriah, melainkan juga sedang menjalankan rencana seluruh umat Islam sedunia, yakni menegakkan Khilafah Islam ala minhajin nubuwah. Ulama-ulama Haq dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah pun telah memberikan dukungan dan harapan kepada ISIS, yang saat ini mendapatkan gempuran luar biasa dari musuh-musuh Islam dan antek-anteknya. Syekh Abul Mundzir Asy Syinqithiy telah menulis artikel berjudul : Raf’ul Malaam ‘An Mujaahidii Daulatil Islaam Fil ‘Iraaq Wa Asy Syaam, yang kemudian diterjemahkan menjadi “Pembelaan Bagi Para Mujahidin ISIS” oleh Ustadz Abu Sulaiman Al-Arkhabiliy. Dalam risalah beliau yang sangat panjang tersebut, Syekh Abul Mundzir membeberkan kritikan-kritikan kepada ISIS dan menjawabnya dengan sangat tegas dan lugas. Misalnya salah satu kritik adalah sebagian ikhwah yang mulia mengklaim bahwa Ad Daulah Al Islamiyyah Fil ‘Iraq wa Asy Syam (ISIS) itu bukan daulah namun ia hanyalah sekedar tandhim atau jama’ah yang saling berjanji untuk berkhidmat kepada Islam! Beliau kemudian memberikan jawaban, bahwa : Akan tetapi Ahlul Halli Wal ‘Aqdi yang telah membai’at Amir Daulatil Islam telah menamakannya sebagai Daulah dan tidak menamakannya sebagai Tandhim. Dan di dalam hal ini terdapat dalil yang nyata bahwa bai’at mereka itu adalah bai’at terhadap imamah ‘udhma (kepemimpinan umum) bukan terhadap imarah shughra. Bagaimanapun keadaannya, andai atas asumsi bahwa keberadaan “Daulah Islamiyyah” itu sekedar kebohongan, maka ia itu adalah kebohongan yang unik yang menaikan semangat dan menyatukan umat. “Bukanlah pendusta orang yang mengatakan kebaikan atau menyebarkan kebaikan.”. Ada juga kritikan kepada ISIS (masih di artikel Syekh Mundzir) bahwa Amir Daulah atau Syekh Abu Bakar Al-Baghdady-hafizahullah-adalah nama yang tidak dikenal dan tidak pula jelas sosok dan sifatnya. Maka Syekh Mundzir pun menjawab : Kritikan ini sama sekali di dalamnya tidak memiliki dalil yang nyata dan hujjah yang kuat, karena amir yang dibai’at itu tidak meraih keberhakan bai’at tersebut karena keistimewaan pada namanya atau keunikan pada bentuk fisiknya, akan tetapi karena sifat-sifat yang dimilikinya yang menempatkannya pada kedudukan orang-orang mulia. Para komandan jihad yang diikuti bala tentara dan masyarakat telah memberikan tazkiyah perihal beliau, sedangkan tazkiyah ahli tsughur itu tergolong tazkiyah tingkat tertinggi dan penilaian baik paling utama. Sedangkan tidak mempermasalahkan orang yang telah ditazkiyah oleh para mujahidin kecuali orang yang tidak mengetahui kedudukan mereka dan tidak memposisikan mereka pada tempat mereka. Sungguh kami telah bertanya: Apakah ia itu ada? Maka mereka menjawab: Tidak ada pertentangan bahwa ia itu ada? Kami berkata: Buktikan kelayakannya untuk memegang jabatan ini? Mereka berkata: Para mujahidin telah mentazkiyahnya. Kami berkata: Terus apa yang kalian inginkan? Mereka berkata: Kami ingin melihatnya dan mengenal nama dan nasabnya. Kami berkata: Imam dilihat oleh semua kalangan itu bukan termasuk rukun-rukun bai’at, di mana bai’at bisa terjadi dengan surat-menyurat. Dan adapun nasabnya, maka kalian telah mengetahuinya, dan adapun namanya maka seandainya ia memiliki sepuluh nama sedang kalian tidak mengetahui dari nama-nama itu kecuali satu nama saja, tentu hal itu tidak menjadikan bai’at tersebut cacat..! Sanakhuuudlu Ma’aarikanaa Ma’ahum…! Secara lebih khusus, Syekh Abu Dujanah menulis sebuah analisa yang sangat tepat dan menarik, berjudul “Kenapa Mereka Membenci Abu Bakar Al-Baghdadiy?” Dengan sangat menarik, Syekh Abu Dujanah mengatakan mengapa mereka pada membenci Amirul Mu’minin ISIS, yang bisa jadi menjadi Amirul Mu’minin Khilafah Ala Minhajin Nubuwah, karena : “Setelah kepemimpinan Abu Bakar Al Baghdadiy maka alam akan terbebas dari kotoran-kotoran budaya barat, dan tsaqafah (peradaban/pengetahuan) Islam akan berkuasa di seluruh belahan planet bumi ini. Islam tidak akan merasa cukup dengan mencelup dunia Islam dengan warnanya, namun arahan-arahannya akan menjadi “Trend” atau “Mode” bagi orang-orang kafir. Setelah peta Daulah meluas dan gelombang-gelombang kekafiran yang kuat terhantam hancur di atas batu-batu karangnya, maka tsaqafah kita akan mengendalikan alam ini dan (boneka) Barbie akan memakai niqab serta akan membaca Al Qur’an dengan riwayat Hafsh saat ia disentuh. Kita akan mengirim para pendekar dan para tokoh menyeberangi samudera-samudera sampai mereka mendapatkan seorang balita Kamboja dinamakan oleh ayahnya yang beragama Budha dengan nama “Usamah” dalam rangka berharap anaknya menyerupai pria yang menjadi legenda itu (maksudnya Syaikh Usamah, pent). Dan mereka akan mendapatkan orang Korea Selatan memakai ghutrah (kafayeh arab) dan ‘iqal (tali kafayeh) dan dia duduk di kantor khususnya di lantai 51 gedung pencakar langit serta dia melantunkan nasyid karya Abu Abdil Malik dengan logat Korea tanpa dia memahami maknanya: Sanakhuudlu ma’aarikanaa ma’ahum… Wa sanamdlii jumuu’an narda’uhum. Wa nu’iidul haqqal mughtashaba… Wa bi kullil quwwati nadafa’uhum. Wallahu’alam bis showab!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar